Bentuk Kerajaan Bercorak Kristen yang Ada di Nusantara

Bentuk Kerajaan Bercorak Kristen yang Ada di Nusantara
Ilustrasi. Cat air karya biarawan Kapusin Bernardino D’Asti ini menggambarkan upacara pernikahan Kristen di kerajaan Kongo, sekitar tahun 1750. Bernardino membuat manuskrip bergambar yang memberikan nasihat praktis kepada calon misionaris di kerajaan Afrika bagian barat-tengah. (© Biblioteca Civica Centrale, Turin)

JAKARTA - Forumpublik.com | Kerajaan Kristen di Nusantara diperkirakan kejayaannya berlangsung dari abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Kristen dari Portugis dan Spanyol.

Pada tahun 1901, lahir politik etis yang memberikan pengaruh sangat besar bagi daerah jajahan Belanda termasuk Hindia Belanda dan salah satu dampak yang diberikan adalah munculnya zending.

Zending sendiri adalah usaha-usaha untuk menyebarkan agama Kristen Protestan. Zending masuk ke nusantara melalui beberapa gelombang. Pada gelombang pertama masuknya zending ke Nusantara dibawa oleh bangsa Inggris dan Belanda pada abad ke-17 lebih tepatnya oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Sehingga dengan masuknya Zending ini, terbentuklah sejumlah kerajaan Kristen yang pernah berjaya ada di Nusantara. Salah satunya Kerajaan Siau yang di Sulawesi Utara.

Pada saat itu, masuknya ajaran agama Kristen ke Nusantara seiring dengan kedatangan bangsa Eropa saat itu.

Berikut ini kerajaan bercorak Kristen yang ada di Nusantara seiring dengan masuknya Zending ke nusantara melalui beberapa gelombang.

1. Kerajaan Larantuka

Kerajaan Larantuka adalah kerajaan Kristen pertama di Indonesia, salah satu kerajaan Kristen terbesar di Indonesia, terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kerajaan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-13 Masehi.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Larantuka mencakup Pulau Solor, Pulau Lembata, Pulau Adonara, dengan pusat pemerintahannya berada di Pulau Flores. Larantuka memiliki luas wilayah seluas 75,91 kilometer persegi.

Saat ini, sebagai kecamatan di Kabupaten Flores Timur, Larantuka terdiri dari 18 kelurahan. Pada awalnya, kerajaan ini bernama Ata Jawa dan didirikan oleh pasangan suami-istri, yaitu Pati Golo Arakian dan Wato Wele.

Kerajaan Larantuka kemudian mengadopsi agama Katolik setelah berinteraksi dengan bangsa Portugis pada abad ke-16. Selain berdagang dan membangun koloni, bangsa Portugis juga menyebarkan agama Katolik di wilayah Larantuka.

Dalam sejarahnya, kerajaan ini mengalami berbagai konflik. Terutama antara Portugis dan Belanda yang bersaing untuk menguasai Larantuka.

Kemudian pada 20 April 1859, bangsa Portugis kalah dalam konflik tersebut dan menyerahkan Larantuka kepada pemerintahan Belanda.

Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Larantuka akhirnya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Jepang.

Setelah Jepang dikalahkan oleh bangsa Indonesia, Larantuka yang sudah tidak lagi menjadi kerajaan, memutuskan untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Adapun pusat pemerintahannya di Kabupaten Flores Timur, NTT.

2. Kerajaan Siau

Kerajaan Siau adalah salah satu kerajaan Kristen di Indonesia yang berlokasi di Sulawesi Utara.

Berdiri sekitar tahun 1510 dengan corak Protestan dengan raja pertamanya bernama Lokongbanua II.

Selama sejarahnya, kerajaan ini memiliki sekitar 20 raja. Salah satu peninggalannya adalah kompleks pemakaman raja pertama, Lokongbanua.

Mengutip laman sindonews, Kerajaan Siau diketahui pernah beralih ke agama Katolik, tetapi kembali ke agama asalnya setelah dirasa Katolik kurang berkembang di lingkungan masyarakat Kerajaan Siau.

Kedatangan Belanda di tahun 1677 membawa perubahan signifikan. Hal itu membuat Kerajaan Siau menjadi pemeluk Protestan.

Salah satu raja terkenal dari Kerajaan Siau adalah Manalang Doelag Kansil, yang berkuasa antara 1895 hingga 1909.

Kerajaan Siau melemah pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan berakhir sekitar tahun 1956 dengan raja terakhir, Ch. David.

3. Kerajaan Sikka

Kerajaan Sikka yang merupakan kerajaan Kristen yang terletak di Nusa Tenggara Timur dengan agama Katolik yang dipengaruhi oleh bangsa Portugis.

Pada tahun 1875, kekuasaan beralih dari Portugis ke Belanda, yang kemudian membagi Kerajaan Sikka menjadi tiga bagian, yaitu Kerajaan Sikka Besar, Nita, dan Kerajaan Sikka Kecil (Kangae).

Namun, Pemberontakan Teka pada tahun 1908 mengembalikan Kerajaan Sikka menjadi satu. Sejarah Kerajaan Sikka mencakup pemerintahan beberapa raja, termasuk Raja Don Alesu Ximenes da Silva dan Ratu Dona Ines pada masa Portugis.

Selama masa pemerintahan Belanda, raja-raja seperti Raja Andreas Djati da Silva, Raja Mbako II, dan Raja Don Thomas Ximenes da Silva memerintah kerajaan tersebut.

Raja terakhir yang memerintah Kerajaan Sikka adalah P.C.X. da Silva yang masa pemerintahannya berakhir hingga tahun 1958.

4. Kerajaan Manado

Kerajaan Manado adalah kerajaan Kristen dengan agama Katolik yang dipengaruhi oleh Portugis, terletak di Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Kerajaan ini adalah kelanjutan dari Kerajaan Bowontehu yang berdiri dari tahun 1399 hingga 1670.

Wilayahnya mencakup Pulau Siladen, Bunaken, Mantehage, Nain, Talise, Gangga, Bangka, Lembe, dan daerah pesisir Pulau Sulawesi, menurut catatan Gubernur VOC di Maluku, Robertus Padtbrugge.

Menurut Robertus Padtbrugge, penduduk Kerajaan Manado pada tahun 1677 adalah orang Sangihe, yang telah berada di Manado Tua sejak tahun 1332. Mereka adalah penduduk asli Kerajaan Manado.

Misionaris Nicolaas Graafland juga mengonfirmasi bahwa penduduk Kerajaan Manado berasal dari suku Sangihe.

Raja-raja yang memerintah Kerajaan Manado termasuk Raja Don Fernando (1644) dan Raja Loloda Mokoagouw (1664-1670) sebagai raja terakhir.

Kerajaan Manado pernah memainkan peran penting dalam perdagangan saat bangsa Portugis dan Spanyol menjadikan Kerajaan Manado sebagai tempat penyimpanan barang dagangan mereka, baik yang mereka bawa maupun yang dibeli dari penduduk pribumi.


(Tonang)

0 comments:

Post a Comment