.
Pada akhir April lalu, Kementerian Kesehatan Taiwan menemukan dua produk mi instan dari Indonesia (Indomie) dan Malaysia, mengandung zat karsinogenik pemicu pertumbuhan sel kanker.
Menanggapi temuan ini, Penasihat Indonesian Diaspora Network di Taiwan, Dewi, mengatak akan beralih konsumsi varian mi instan lain, sambil menunggu pengumuman lebih lanjut dari pemerintah Taiwan apakah mi tersebut sudah aman dikonsumsi.
"Mungkin sekarang jangan dulu alias menghindar rasa itu setelah ada pengumuman resmi dari Pemerintah [bahwa mi tersebut] sudah aman," kata Dewi pada CNNIndonesia.com.
Dewi mengatakan produk Indomie sejatinya sudah beredar di supermarket dan gerai 7-11 di seluruh Taiwan. Meski begitu, rasa yang paling diminati masyarakat yaitu mi goreng.
Oleh sebab itu, masyarakat Taiwan tak begitu kecewa ketika otoritas memerintahkan penarikan produk, karena produk lainnya masih tetap aman di pasaran.
"Kalau sistemnya Taiwan bila ada produk bermasalah akan ditarik seluruh peredaran jenis tersebut, [namun] tidak menjalar ke yang lainnya selama masih patuh terhadap peraturan yang ditetapkan," ujar Dewi.
Baca juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah IFIAR Inspection Workshop 2023
Dewi juga tak menampik bahwa ada warga Indonesia yang membawa masuk mi instan dari RI untuk dijual saat tiba di Taiwan. Produk dari peredaran tak resmi semacam itu yang menurutnya tidak sesuai dengan standar Taiwan.
"Karena kalau pakai jalur resmi sangat tidak mungkin Taiwan kecolongan," ucap dia.
Rakha Ramadhana, mahasiswa Indonesia di Taiwan, juga mengaku mulai beralih ke varian lain setelah mendengar kabar kandungan karsinogen pada Indomie Ayam Spesial, 24 April lalu.
Meski pernah mengonsumsi varian mi tersebut, Rakha juga menyatakan tak begitu khawatir sebab dirinya lebih sering menikmati varian berbeda.
"Sebetulnya lebih kepada tidak [khawatir] sih ya, karena varian yang saya konsumsi pada umumnya berbeda," ujar Rakha.
"Tanggapan warga sekitar, kurang lebih hampir sama seperti saya, mungkin arahnya lebih ke membeli varian yang lain."
Rakha berujar produk Indomie dengan kandungan karsinogen tersebut cuma ditemukan di toko-toko tertentu. Menurutnya, produk yang melewati jalur resmi bisa dipastikan keamanannya karena sudah melalui pengecekan dari pemerintah Taiwan.
Dia menuturkan Taiwan menetapkan batas Parts Per Million (ppm) atau level bahan etilen oksida pada suatu makanan di angka 0.34. Sementara Indonesia pada angka 85.
"Terkait level ppm ini, Menteri Pangan dan Kesehatan di Taiwan ini memang menurut saya lebih ketat peraturannya," ucap Rakha.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Taiwan memerintahkan penarikan produk Indomie Ayam Spesial pada 25 April lalu. Selain Indomie, Kemenkes Taiwan juga meminta peredaran Mie Kari Putih Ah Lai dari Malaysia disetop.
Perintah itu dikeluarkan setelah Kemenkes Taiwan menemukan kandungan etilen oksida, senyawa kimia yang terkait dengan limfoma dan leukemia, pada dua produk tersebut.
Melalui keterangan resmi, Direktur ICBP Taufik Wiraatmadja mengatakan produknya telah diekspor ke berbagai negara selama lebih dari 30 tahun. Perusahaan pun, lanjutnya, memastikan produk sesuai aturan dan pedoman keamanan pangan baik yang berlaku di Indonesia maupun negara tujuan ekspor.
"Kami tegaskan sesuai dengan keterangan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM RI, mi instan Indomie kami aman untuk dikonsumsi," ucapnya.
Sementara itu, BPOM juga memastikan mi instan Indomie Ayam Spesial produksi ICBP masih aman dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
BPOM menjelaskan penarikan produk Indomie tersebut di Taiwan disebabkan terdapat perbedaan EtO dalam produk makanan antara Taiwan dan Indonesia. Taiwan tidak memperbolehkan EtO pada pangan, sementara Indonesia masih memperbolehkan.
Lihat juga:
Presiden AS Joe Biden Jalani Operasi Pengangkatan Sel Kanker Kulit
Gubernur Sekutu Politik Presiden Filipina Tewas Ditembak dan Lima Orang Lainnya di Rumahnya
Kekerasan Masih Meraja Rela di Wilayah Selatan Thailand
Expo 2020 Dubai, Restoran Paviliun Indonesia Masuk 10 Tempat Terbaik Minum Kopi
2024 Indonesia Terpilih Tuan Rumah World Water Forum ke-10
(blq/dna/CNNIndonesia.com)
0 comments:
Post a Comment