Ilustrasi. Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja pendapatan negara tahun 2022 melanjutkan tren positif, sampai dengan 31 Agustus mencapai Rp1.764,4 triliun. (Foto: Istimewa) |
"Realisasi pendapatan negara sampai dengan 31 Agustus mencapai Rp1.764,4 triliun terdiri atas penerimaan pajak sebesar Rp1.171,8 triliun, penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp206,2 triliun, serta PNBP sebesar Rp386 triliun. Kalau kita lihat penerimaan pajak tahun ini memang exceptional," ungkap Menkeu pada Konferensi Pers APBN Kita secara daring, Senin (26/09/2022).
Sri Mulyani memaparkan, kinerja penerimaan pajak yang sangat baik para periode Januari – Agustus 2022 dipengaruhi oleh empat hal.
"Yaitu tren peningkatan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi yang ekspansif, basis yang rendah pada tahun 2021 akibat pemberian insentif fiskal, serta adanya dampak implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan," kata Sri Mulyani .
Menkeu menegaskan, meski sisi perpajakan menunjukkan pertumbuhan yang baik, namun Pemerintah tetap akan waspada dan hati-hati.
Hal ini mengingat kondisi ekonomi global dan berbagai indikator tetap perlu diwaspadai untuk menjaga keberlangsungan tren penerimaan pajak yang tinggi ini.
"Berapa lama komoditas maupun pertumbuhan ekonomi dunia itu yang diperkirakan akan melemah, pasti akan merembes memberikan dampak ke dalam negeri, dan kemudian akan mempengaruhi penerimaan pajak kita," tandas Menkeu.
Baca juga: Agustus 2022, Ekspor Tertinggi Dalam Sejarah Capai US$34,92 Miliar
Sementara itu kinerja positif seluruh komponen penerimaan kepabeanan dan cukai mendorong pertumbuhan realisasi penerimaan. Bea masuk tumbuh 32,6% didorong tren perbaikan kinerja impor nasional terutama sektor perdagangan dan industri, cukai tumbuh 21,4% dipengaruhi efektifitas kebijakan tarif efektivitas pengawasan, dan bea keluar tumbuh 83,4% didorong tingginya harga komoditas kenaikan tarif bea keluar produk kelapa sawit serta volume ekspornya.
“Sampai dengan 31 Agustus, penerimaan bea cukai mencapai Rp206,2 triliun atau 69% dari target kita tahun ini. Ini juga tumbuh ajeg tinggi yaitu 30,5%,” jelas Menkeu.
Sedangkan kinerja PNBP sampai dengan Agustus 2022 mengalami peningkatan didukung oleh meningkatnya pendapatan semua komponen PNBP kecuali pendapatan BLU.
PNBP SDA Migas tumbuh 92,9% ditopang oleh realisasi ICP dalam delapan bulan terakhir, PNBP SDA Non Migas tumbuh 100% didukung kenaikan harga batubara dan nikel yang melonjak tinggi dan pertumbuhan SDA Nonminerba dari sektor perikanan, kehutanan, dan panas bumi, pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan tumbuh 35% karena adanya kenaikan setoran dividen BUMN, dan pendapatan PNBP lainnya utamanya disebabkan pendapatan penjualan hasil tambang, pendapatan minyak mentah dan layanan pada Kementerian/Lembaga.
"Sedangkan BLU mengalami penurunan tajam 23,5% terutama dipengaruhi oleh BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu kelapa sawit yang mengalami penurunan akibat penetapan dari pengenaan tarif $0 atau Rp0 dan karena adanya kebijakan pelarangan ekspor pada bulan April yang lalu," ungkap Menkeu.
Lihat juga:
Jokowi: BLT BBM dan BSU Lakukan Secara Mudah, Cepat, dan Tepat Sasaran
BKF: Target Penerimaan Perpajakan 2023 Capai Rp2.021,2 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah
Dorong Ketahanan Pangan, Pemerintah Beri Peningkatan Plafon KUR 2022 Hingga Rp373 Triliun
Tuntutan Buruh KSPSI saat Unjuk Rasa Terkait Kenaikan Harga BBM di Istana
Penyesuaian Harga BBM, Jokowi: Gunakan APBD untuk Selesaikan Persoalan
Redaksi
Editor: Rianto
"Berapa lama komoditas maupun pertumbuhan ekonomi dunia itu yang diperkirakan akan melemah, pasti akan merembes memberikan dampak ke dalam negeri, dan kemudian akan mempengaruhi penerimaan pajak kita," tandas Menkeu.
Baca juga: Agustus 2022, Ekspor Tertinggi Dalam Sejarah Capai US$34,92 Miliar
Sementara itu kinerja positif seluruh komponen penerimaan kepabeanan dan cukai mendorong pertumbuhan realisasi penerimaan. Bea masuk tumbuh 32,6% didorong tren perbaikan kinerja impor nasional terutama sektor perdagangan dan industri, cukai tumbuh 21,4% dipengaruhi efektifitas kebijakan tarif efektivitas pengawasan, dan bea keluar tumbuh 83,4% didorong tingginya harga komoditas kenaikan tarif bea keluar produk kelapa sawit serta volume ekspornya.
“Sampai dengan 31 Agustus, penerimaan bea cukai mencapai Rp206,2 triliun atau 69% dari target kita tahun ini. Ini juga tumbuh ajeg tinggi yaitu 30,5%,” jelas Menkeu.
Sedangkan kinerja PNBP sampai dengan Agustus 2022 mengalami peningkatan didukung oleh meningkatnya pendapatan semua komponen PNBP kecuali pendapatan BLU.
PNBP SDA Migas tumbuh 92,9% ditopang oleh realisasi ICP dalam delapan bulan terakhir, PNBP SDA Non Migas tumbuh 100% didukung kenaikan harga batubara dan nikel yang melonjak tinggi dan pertumbuhan SDA Nonminerba dari sektor perikanan, kehutanan, dan panas bumi, pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan tumbuh 35% karena adanya kenaikan setoran dividen BUMN, dan pendapatan PNBP lainnya utamanya disebabkan pendapatan penjualan hasil tambang, pendapatan minyak mentah dan layanan pada Kementerian/Lembaga.
"Sedangkan BLU mengalami penurunan tajam 23,5% terutama dipengaruhi oleh BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu kelapa sawit yang mengalami penurunan akibat penetapan dari pengenaan tarif $0 atau Rp0 dan karena adanya kebijakan pelarangan ekspor pada bulan April yang lalu," ungkap Menkeu.
Lihat juga:
Jokowi: BLT BBM dan BSU Lakukan Secara Mudah, Cepat, dan Tepat Sasaran
BKF: Target Penerimaan Perpajakan 2023 Capai Rp2.021,2 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah
Dorong Ketahanan Pangan, Pemerintah Beri Peningkatan Plafon KUR 2022 Hingga Rp373 Triliun
Tuntutan Buruh KSPSI saat Unjuk Rasa Terkait Kenaikan Harga BBM di Istana
Penyesuaian Harga BBM, Jokowi: Gunakan APBD untuk Selesaikan Persoalan
Redaksi
Editor: Rianto
0 comments:
Post a Comment