Ilustrasi. APBN pada semester I tahun 2022 dalam kondisi yang sangat baik dengan mencatatkan surplus sebesar Rp73,6 triliun atau 0,39 persen dari PDB Indonesia. (Foto: Istimewa) |
Ia menjelaskan, APBN semester I masih mencatat surplus. Jadi 6 bulan berturut-turut APBN kita surplus. Surplusnya di bulan Juni ini dari total surplusnya adalah Rp73,6 triliun.
"Surplus akhir Juni 2022 lebih baik jika dibandingkan Juni 2021 yang mengalami defisit Rp283 triliun. Kondisi surplus tersebut ditopang pendapatan negara yang mencapai Rp1.317,2 triliun atau 58,1 persen dari target APBN Rp1.846,1 triliun, tumbuh 48,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp887 triliun," kata Menkeu secara daring dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (27/07/2022).
Lanjut Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara didorong penerimaan perpajakan yang mencapai Rp1.035,9 triliun atau tumbuh 52,3 persen.
Pendapatan negara yang tumbuh signifikan didukung meningkatnya aktivitas ekonomi, dampak implementasi Undang-Undang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP) terutama Program Pengungkapan Sukarela (PPS), dan naiknya harga komoditas.
"Lebih rinci, penerimaan pajak tumbuh 55,7 persen atau mencapai Rp868,3 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh 37,2 persen atau Rp167,6 triliun. Selain penerimaan perpajakan, pendapatan negara didukung oleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tumbuh 35,8 persen atau mencapai Rp281 triliun," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Empat Tantangan dan Tiga Fokus Pemerintah Pembenahan Perekonomian
Di sisi lain, belanja negara telah mencapai Rp1.243,6 triliun, tumbuh 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau mencapai 40 persen dari target APBN 2022.
"Lebih rinci, penerimaan pajak tumbuh 55,7 persen atau mencapai Rp868,3 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh 37,2 persen atau Rp167,6 triliun. Selain penerimaan perpajakan, pendapatan negara didukung oleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tumbuh 35,8 persen atau mencapai Rp281 triliun," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Empat Tantangan dan Tiga Fokus Pemerintah Pembenahan Perekonomian
Di sisi lain, belanja negara telah mencapai Rp1.243,6 triliun, tumbuh 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau mencapai 40 persen dari target APBN 2022.
Realisasi belanja terdiri dari belanja kementerian dan lembaga (K/L) sebesar Rp392,8 triliun atau 41,5 persen dari APBN, serta belanja non K/L Rp483,7 triliun atau 35,7 persen dari APBN 2022.
"Kinerja belanja pemerintah pusat tumbuh positif didorong realisasi belanja non K/L untuk subsidi, kompensasi BBM dan listrik, serta pembayaran pensiun, termasuk THR dan Pensiun ke-13," ucapnya.
Sementara, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) telah mencapai Rp367,1 triliun atau 45,6 persen dari target APBN. Sedangkan pembiayaan untuk investasi telah terealisasi Rp48 triliun. Kemudian, keseimbangan primer juga mengalami surplus Rp259,7 triliun dibandingkan realisasi Juni 2021 yang mengalami defisit Rp116,2 triliun.
"Semua indikator yang luar biasa positif dari APBN ini di semester I menjadi bekal yang sangat baik untuk kita menghadapi semester II yang kita tahu dan kita paham lingkungan globalnya akan semakin bergejolak dan tidak pasti. Kemungkinan terjadinya resesi, inflasi, dan kenaikan suku bunga semuanya memberikan ancaman, termasuk krisis pangan dan krisis energi. Ini semuanya harus kita antisipasi," kata Menkeu.
Sebagai penutup, Menkeu menegaskan APBN akan tetap menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjadi shock absorber, memperbaiki kinerja ekonomi, dan menjaga rakyat.
"Respon dari APBN yang terus dibuat fleksibel dan agile dan juga responsif terhadap perubahan perekonomian yang terus terjadi menjadi kunci bagi terlaksananya APBN yang baik, namun tetap sehat dan kita harapkan akan menjadi instrumen yang kredibel dan sustainable," pungkas Menkeu.
Lihat juga:
Pajak dari Program Pengungkapan Sukarela Capai Rp9,25 Triliu
Realisasi Penerimaan Pajak Hingga April 2022 Capai Rp567,69 Triliun
Realisasi Anggaran PC PEN Hingga 13 Mei 2022 Capai Rp80,79 Triliun
Melalui Anggaran Perlinsos, APBN Melaksanakan Fungsi Shock Absorber
Tiga Tantangan Ekonomi Dunia Saat Ini
Editor: Rianto
"Kinerja belanja pemerintah pusat tumbuh positif didorong realisasi belanja non K/L untuk subsidi, kompensasi BBM dan listrik, serta pembayaran pensiun, termasuk THR dan Pensiun ke-13," ucapnya.
Sementara, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) telah mencapai Rp367,1 triliun atau 45,6 persen dari target APBN. Sedangkan pembiayaan untuk investasi telah terealisasi Rp48 triliun. Kemudian, keseimbangan primer juga mengalami surplus Rp259,7 triliun dibandingkan realisasi Juni 2021 yang mengalami defisit Rp116,2 triliun.
"Semua indikator yang luar biasa positif dari APBN ini di semester I menjadi bekal yang sangat baik untuk kita menghadapi semester II yang kita tahu dan kita paham lingkungan globalnya akan semakin bergejolak dan tidak pasti. Kemungkinan terjadinya resesi, inflasi, dan kenaikan suku bunga semuanya memberikan ancaman, termasuk krisis pangan dan krisis energi. Ini semuanya harus kita antisipasi," kata Menkeu.
Sebagai penutup, Menkeu menegaskan APBN akan tetap menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjadi shock absorber, memperbaiki kinerja ekonomi, dan menjaga rakyat.
"Respon dari APBN yang terus dibuat fleksibel dan agile dan juga responsif terhadap perubahan perekonomian yang terus terjadi menjadi kunci bagi terlaksananya APBN yang baik, namun tetap sehat dan kita harapkan akan menjadi instrumen yang kredibel dan sustainable," pungkas Menkeu.
Lihat juga:
Pajak dari Program Pengungkapan Sukarela Capai Rp9,25 Triliu
Realisasi Penerimaan Pajak Hingga April 2022 Capai Rp567,69 Triliun
Realisasi Anggaran PC PEN Hingga 13 Mei 2022 Capai Rp80,79 Triliun
Melalui Anggaran Perlinsos, APBN Melaksanakan Fungsi Shock Absorber
Tiga Tantangan Ekonomi Dunia Saat Ini
Editor: Rianto
0 comments:
Post a Comment