Nasir Abbas, selaku pemateri saat menyampaikan bahwa gerakan ekstermisme beragama yang terjadi khususnya di Madura digerakkan oleh salah satu tokoh ekstremisme yang berasal dari Solo di kegiatan IMM, bertajuk “Ngopi Santuy Bersama Mahasiswa Madura” dengan tema Islam Tengahan Sebagai Jalan Membangun Toleransi (17/10/2021) yang bertempat di Hotel Baghraf, Sumenep, Madura, Jawa Timur. (Foto: Rifandy Deovandra/Forumpublik.com) |
Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang perwakilan mahasiswa yang berasal dari Sumenep, Sampang, Bangkalan dan Pemekasan. Tujuan dari kegiatan ini adalah menyebar luaskan pemahaman beragama yang moderat, yaitu paham agama yang mengindahkan nilai kemanusiaan dan menolak cara-cara beragama yang ekstrem dan keras.
Melalui kegiatan ini, para peserta yang ikut diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemahaman islam yang moderat, atau islam wasatiyah agar tercipta perdamaian ditengah masyarakat yang sangat plural.
Bagas selaku Ketua Umum PC IMM Madura, menyampaikan bahwa kegiatan yang bertajuk Ngopi Santuy ini bisa diselenggarakan karena dukungan dari komunitas Cangkir Opini. Bagas berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat Madura, khususnya yang berada di Sumenep bisa memahami bagaimana Islam diterapkan baik sebagai ajaran maupun pedoman kehidupan sosial.
"Kita sangat berharap bahwa kegiatan semacam ini terus terselenggara di tempat-tempat yang rawan dengan paham ekstremisme agama. Kami juga berterimakasih kepada Cangkir Opini yang sudah mengajak kita untuk bekerja sama sehingga kegiatan ini bisa terlaksana," terang Bagas.
Baca juga: Baharkam Polri Ungkap 25 Ton Pottasium Chlorate untuk Bom Ikan Perusak Ekosistem Laut
Turut hadir melalui Zoom Meeting mantan narapidana terorisme Nasir Abbas, selaku pemateri menyampaikan bahwa gerakan ekstermisme beragama yang terjadi khususnya di Madura digerakkan oleh salah satu tokoh ekstremisme yang berasal dari Solo yang bernama Abu Husna.
Menurut Nasir, Abu Husna menjadi tokoh yang seringkali memberikan pengajian-pengajian ke masyarakat di Madura. Terang pria yang pernah aktif sebagai mahasiswa di Afganistan ini.
Nasir Abbas juga berpesan kepada generasi pemuda bahwa agar tidak terpapar paham agama yang ekstrem, pemuda dan masyarakat harus mengenal kelompok-kelompok ekstrem seperti Jaringan Ansarut Daulah (JAD), khusus di Sumenep, jaringan yang masuk dalam kelompok ekstrem adalah Jaringan Ansharut Khilafah (JAK).
Kegiatan Ngopi Santuy ini juga mengundang dua tokoh organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU), yaitu Ahmad Hudaifah dari Muhammadiyah Sumenep dan Kiai Hantok Sudarto dari NU Sumenep. Dalam pemaparannya, Hudaifah sangat berharap bahwa pemahaman islam moderat diterapkan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, khususnya Madura.
Menurutnya, jangan sampai karena alasan-alasan agama kita tidak mengindahkan nilai kemanusiaan, justru agama harus dijadikan pijakan untuk menguatkan nilai kemanusiaan kita.
"Kita sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan IMM Sumenep, karena berani mengadakan acara yang bertemakan keagamaan," ucap Hudaifah.
Sedangkan Hantok dalam paparannya menyampaikan bahwa moderasi beragama adalah memahami agama dengan utuh dan pemikiran yang adil.
"Tidak melebih-lebihkan, apalagi memaknai salah satu ajaran agama seperti jihad sebagai jalan untuk menyakiti orang lain," ucap Hantok.
Hantok menginginkan bahwa kegiatan yang mengedukasi masyarakat dalam aspek keagamaan perlu digaungkan sesering mungkin agar masyarakat kita tidak gampang terpengaruh dengan paham keagamaan yang ekstrem dan keras.
Lihat juga:
Bunda Naomi Kornas TRCPPA Meminta pada Bapak Kapolri, Kepolisian Punya Direktur PPA
HUT Ke-6 Projo, Budi Arie Setiadi: Selalu Optimis Menyongsong Perubahan
Jalasenastri Cabang 7 Sambut Hari Jadinya ke 74 Dengan Menyumbang Darah
Pelaku Bisnis Kepelabuhanan di Tanjung Perak Sampaikan Keluhan pada Ketua DPD RI
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jatim Meningkat, Ini Kata Kornas TRC PPA
Penulis: Rifandy Deovandra
Editor: Firmanto
0 comments:
Post a Comment