Konsepsi buatan dari Northrop Grumman tentang solusi prototipe energi terarah pada kendaraan tempur Stryker Angkatan Darat AS, Kamis, 5 Aug 2020. (Foto: Northrop Grumman/Military.com) |
Dalam uji coba yang dilakukan di Fort Sill, Oklahoma, Amerika Serikat sebanyak dua kendaraan tempur bersenjata laser itu sukses melakukan simulasi tempur. Terutama simulasi untuk menguji senjata laser berkekuatan 50 kilowatt.
Letnan Jenderal (Letjen) L. Neil Thurgood mengatakan, Laser yang telah 24 bulan dalam pembuatan, dapat dipasang pada kendaraan militer Stryker dan digunakan untuk mempertahankan pasukan terhadap drone serta roket, artileri dan mortir.
"Ini adalah aplikasi tempur laser pertama untuk elemen manuver di Angkatan Darat," kata Thurgood dalam siaran persnya, Kamis (12/8/2021).
Melansir dari Military, Thurgood mengatakan, ini adalah aplikasi perdana dari senjata laser yang dilibatkan dalam simulasi dan manuver perang buatan. Saat ini teknolgi laser yang dikembangkan sudah sangat siap.
"Teknologi yang kita miliki saat ini sudah siap. Ini adalah pintu gerbang ke masa depan," kata Thurgood, yang juga direktur hipersonik, energi terarah, ruang angkasa dan akuisisi cepat.
Lanjutnya menjelaskan, penembakan ini adalah kompetisi antara kontraktor pertahanan Northrop Grumman dan Raytheon, yang keduanya mengembangkan dua senjata laser 50 kilowatt, Task &Purpose melaporkan.
DE M-SHORAD sendiri merupakan salah satu kendaraan tempur yang dibangun dengan desain dalam keluarga M-SHORAD buatan tentara Amerika Serikat. Sesuai namanya, Maneuver Short-Range Air Defense, M-SHORAD adalah sebuah kendaraan pertahanaan jarak pendek yang sangat mudah bermanuver namun dilengkapi dengan persenjataan lengkap dan canggih. M-SHORAD biasanya sudah memiliki peralatan tempur terintegrasi seperti rudal, sensor dan roket.
Baca juga: Negara Kelompok G7 Bakal Reformasi Pajak Global Terhadap Facebook, Google dan Amazon
Menurut Thurgood, hal ini sudah terbukti ketika tentara mengoperasikan sistem dengan mahir dalam beberapa hari.
Amerika Serikat sendiri menganggap senjata tersebut belum cukup, sehingga mereka kemudian mencoba mengaplikasikan senjata laser berkekuatan besar di kendaraan tempur itu yang kemudian dinamakan DE M-SHORAD.
"Kami berhasil membuat dan menghadirkan sebuah kemampuan baru yang sangat unik. Ini bukan modifikasi atau peningkatan dari kendaraan sebelunnya. Hebatnya lagi kami menghadirkannya dalam waktu 24 bulan dari tim yang melibatkan pemerintah dan pihak swasta," jelas Col. G. Scott McLeod, DE M-SHORAD Program Manager.
Ketika diujicoba, DE M-SHORAD dilengkapi senjata laser Stryker buatan Amerika Serikat. Diketahui senjata laser bukan hal yang asing bagi sistem pertahanan Amerika Serikat.
Hanya saja senjata laser berkekuatan besar, 50 kilowatt seperti yang ada di DE M- SHORAD, sulit untuk dibawa oleh tentara Amerika Serikat. Untuk itu mereka membutuhkan sebuah kendaraan yang memang mampu menggendong senjata laser tersebut.
Nantinya DE M-SHORAD akan digunakan untuk menghancurkan drone atau pesawat otonom tanpa awak yang dianggap berbahaya oleh Amerikaa Serikat. Army Rapid Capabilities and Critical Technologies Office (RCCTO) berencana melengkapi tentara Amerika Serikat dengan empat unit DE M-SHORAD uuntuk setiap satu pleton tentara. Rencananya penggunaan kendaraan monster bersenjata laser itu akan digunakan pada tahun fiskal 2022.
Diketahui, bahwa Cabang militer lainnya sedang mengembangkan teknologi serupa.
Tahun lalu, Angkatan Laut membuka fasilitas untuk menguji, menembak dan mengevaluasi sistem senjata laser lengkap dalam pengaturan maritim.
Awal tahun ini, Angkatan Udara mengatakan akan melanjutkan tes Sistem Senjata Laser Energi Tinggi 2, yang dibuat oleh Raytheon Space dan Airborne Systems, yang juga akan digunakan untuk melawan drone.
Militer awalnya berharap untuk menggunakan Strykers yang dilengkapi laser di Irak dan Suriah terhadap drone yang sarat bahan peledak tetapi sekarang berencana untuk menggunakan teknologi di Eropa di mana perencana militer jarak pendek kesenjangan pertahanan udara.
Angkatan Darat juga sedang mengerjakan laser yang dipasang truk 300 kilowatt yang lebih besar untuk bertahan melawan rudal jelajah yang diharapkan telah siap pada tahun 2024.
Lihat juga:
Kelompok Tujuh (G7) Negara Maju Sepakat Targetkan Pajak 15 Persen dari Raksasa Teknologi
Peneliti Indonesia Nurjati Siregar, Temukan Parasit Malaria Bersembunyi di Limpa
Harga Minyak Naik atas Pelonggaran Lockdown Eropa dan Permintaan AS
Prototipe Terbaru SpaceX Starship, Sukses Lakukan Pendakian dan Pendaratan
Kerusuhan di Capitol Hill, Larangan Trump di Facebook Ditegakkan oleh Dewan Pengawasan Saat Ini
Editor: Rianto
Amerika Serikat sendiri menganggap senjata tersebut belum cukup, sehingga mereka kemudian mencoba mengaplikasikan senjata laser berkekuatan besar di kendaraan tempur itu yang kemudian dinamakan DE M-SHORAD.
"Kami berhasil membuat dan menghadirkan sebuah kemampuan baru yang sangat unik. Ini bukan modifikasi atau peningkatan dari kendaraan sebelunnya. Hebatnya lagi kami menghadirkannya dalam waktu 24 bulan dari tim yang melibatkan pemerintah dan pihak swasta," jelas Col. G. Scott McLeod, DE M-SHORAD Program Manager.
Ketika diujicoba, DE M-SHORAD dilengkapi senjata laser Stryker buatan Amerika Serikat. Diketahui senjata laser bukan hal yang asing bagi sistem pertahanan Amerika Serikat.
Hanya saja senjata laser berkekuatan besar, 50 kilowatt seperti yang ada di DE M- SHORAD, sulit untuk dibawa oleh tentara Amerika Serikat. Untuk itu mereka membutuhkan sebuah kendaraan yang memang mampu menggendong senjata laser tersebut.
Nantinya DE M-SHORAD akan digunakan untuk menghancurkan drone atau pesawat otonom tanpa awak yang dianggap berbahaya oleh Amerikaa Serikat. Army Rapid Capabilities and Critical Technologies Office (RCCTO) berencana melengkapi tentara Amerika Serikat dengan empat unit DE M-SHORAD uuntuk setiap satu pleton tentara. Rencananya penggunaan kendaraan monster bersenjata laser itu akan digunakan pada tahun fiskal 2022.
Diketahui, bahwa Cabang militer lainnya sedang mengembangkan teknologi serupa.
Tahun lalu, Angkatan Laut membuka fasilitas untuk menguji, menembak dan mengevaluasi sistem senjata laser lengkap dalam pengaturan maritim.
Awal tahun ini, Angkatan Udara mengatakan akan melanjutkan tes Sistem Senjata Laser Energi Tinggi 2, yang dibuat oleh Raytheon Space dan Airborne Systems, yang juga akan digunakan untuk melawan drone.
Militer awalnya berharap untuk menggunakan Strykers yang dilengkapi laser di Irak dan Suriah terhadap drone yang sarat bahan peledak tetapi sekarang berencana untuk menggunakan teknologi di Eropa di mana perencana militer jarak pendek kesenjangan pertahanan udara.
Angkatan Darat juga sedang mengerjakan laser yang dipasang truk 300 kilowatt yang lebih besar untuk bertahan melawan rudal jelajah yang diharapkan telah siap pada tahun 2024.
Lihat juga:
Kelompok Tujuh (G7) Negara Maju Sepakat Targetkan Pajak 15 Persen dari Raksasa Teknologi
Peneliti Indonesia Nurjati Siregar, Temukan Parasit Malaria Bersembunyi di Limpa
Harga Minyak Naik atas Pelonggaran Lockdown Eropa dan Permintaan AS
Prototipe Terbaru SpaceX Starship, Sukses Lakukan Pendakian dan Pendaratan
Kerusuhan di Capitol Hill, Larangan Trump di Facebook Ditegakkan oleh Dewan Pengawasan Saat Ini
Editor: Rianto
0 comments:
Post a Comment